Rheisa Nailatul Izza: Bank Indonesia Naikkan Suku Bunga 25 BPS Jadi 6 Persen

Ilustrasi Suku Bunga

DALAM
Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada bulan Oktober 2023 menghasilkan bahwa Bank Indonesia menaikan suku bunga acuan sebesar 25 bps sehingga suku bunga acuan menjadi 6,00 %.

Penahanan suku bunga acuan yang dilakukan oleh Bank Indonesia hanya bertahan selama 8 bulan yaitu berakhir  pada bulan September. Sedangkan pada bulan Oktober, Bank Indonesia membuat keputusan baru yaitu menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps. 

Kenaikan yang dilakukan Bank Indonesia memiliki tujuan untuk menstabilkan nilai tukar rupiah.  Terlihat dari beberapa waktu ini nilai tukar rupiah cenderung melemah terhadap dolar Amerika Serikat.

Selain itu juga untuk meminimalisir dampak pelemahan rupiah terhadap inflasi, walaupun inflasi di Indonesia sudah mencapai target.

Baca Juga: Jasa Pest Control Jakarta Selatan: Rumah Jadi Bersih dari Nyamuk, Kecoak, Rayap Hingga Tikus

Nilai tukar rupiah dapat dipengaruhi oleh terjadinya ketidakpastian global dan banyaknya barang-barang impor yang dibutuhkan oleh Indonesia. 

Indonesia merupakan negara yang cukup banyak melakukan impor terhadap beberapa komoditas penting yang tentunya memiliki  pengaruh sendiri terhadap perekonomian di Indonesia, seperti bahan bakar minyak dan komoditas pangan. 

Jadi hal tersebut membuat permintaan akan mata uang negara asing lebih banyak dan berdampak juga pada nilai tukar rupiah. 

Selain itu kenaikan suku bunga juga dilakukan untuk menjaga stabilitas pangan yang ada di dalam negeri, apalagi sekarang ini dunia sedang berada dalam kondisi terdampak dari el nino yang tentunya dapat mempengaruhi kondisi pangan.

Baca Juga: Ashlikhatul Lathifah: Pentingnya Pendidikan Karakter Dalam Membentuk Kualitas Individu

Seperti yang dikatakan oleh Gubernur Bank Indonesia yaitu Perry Warjiyo dalam Rapat Dewan Gubernur yang dilakukan pada tanggal 18 dan 19 Oktober  “Bank Indonesia memutuskan untuk menaikkan suku bunga acauan sebesar 25 bps sehingga menjadi 6,00 %, suku bunga deposit facility dan suku bunga lending facility mengalami kenaikan masing-masing sebesar 25 bps sehingga menjadi 5,25% dan 6,75%.”

Kenaikan suku bunga yang sudah ditetapkan oleh Bank Indonesia tentunya menjadi keputusan final dan dengan pertimbangan-pertimbangan yang tidak mudah. 

Apalagi selama 8 bulan terakhir ini Bank Indonesia tidak merubah suku bunga acuan yaitu pada angka 5,75%, tetapi pada akhirnya di bulan Oktober Bank Indonesia menaikkan suku bunga sehingga menjadi 6,00%. Ternyata bukan hanya suku bunga acuan yang meningkat sebesar 25 bps, tetapi juga diikuti dengan kenaikan suku bunga deposit facility dan suku bunga lending facility.

Penyebab naiknya suku bunga acuan

Seperti yang sudah diketahui bahwa maksud dari Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan yaitu untuk menstabilkan nilai tukar rupiah dan inflasi yang disebabkan oleh tingginya ketidakpastian global dan banyaknya impor barang. 

Pada sekarang ini pertumbuhan ekonomi global  tidak menentu, hal tersebut dapat dilihat dari dua negara besar yaitu China dan Amerika yang kondisinya saat ini China cenderung melemah dan Amerika mengalami penguatan. Walaupun  Inflasi di Amerika  masih dapat dikatakan tinggi dikarenakan  belum sesuai dengan target inflasi yang sudah ditetapkan oleh Amerika yaitu pada level 2%.

Salah satu komoditi yang sangat diperlukan  Indonesia adalah minyak, tentunya untuk memenuhi kebutuhan minyak yang diperlukan Indonesia harus mengimpor dari luar negeri. Jika harga minyak mengalami kenaikan akan berpengaruh terhadap current account  yang dimiliki oleh Indonesia.  Sehingga ruang Bank Indonesia untuk menahan suku bunga semakin menipis. 

Pada faktanya akhir-akhir ini harga minyak selalu mengalami kenaikan. Kenaikan harga minyak ini dapat disebabkan oleh semakin memanasnya perang yang terjadi di eropa yaitu perang antara Israel dengan Palestina dan perang Ukraina dengan Rusia. 

Kedua perang tersebut berkelanjutan dan tidak kunjung usai sehingga menyebabkan harga minyak dan bahan pangan terus mengalami kenaikan, selain itu juga diperkirakan kenaikan yang dialami akan sulit turun. Sehingga salah satu cara untuk megatasi hal tersebut yaitu dengan menaikan suku bunga acuan. 

Fokus Bank Indonesia

Dari sudut pandang Andry Asmoro yang merupakan seorang Chief Economist of  Bank Mandiri mengenai kenaikan suku bunga pada bulan Oktober, beliau berpendapat “Kami melihat fokus Bank Indonesia saat ini adalah nilai tukar.” Seperti yang dituturkan Andry kali ini Bank Indonesia sangat berfokus kepada nilai tukar, sehingga suku bunga mengalami kenaikan dengan secara tiba-tiba. Kenaikan suku bunga tentunya memberikan keterkejutan bagi beberapa pihak khususnya bagi pelaku pasar.

Mereka mengekspektasikan bahwa Bank Indonesia mungkin masih akan tetap mepertahankan suku bunga acuan sampai ada rapat dari the fed. Namun ternyata Bank Indonesia sudah mengalami kenaikan sebelum the fed mengadakan rapat kembali.

Selain itu juga Maesaroh seorang Economist CNBC Indonesia Research menambahkan “Inflasi bukan lagi menjadi targer BI, target BI hanyalah stabilisasi nilai tukar rupiah.” Dilihat dari sisi perekonomian domestik sendiri pada kondisi saat ini sebenarnya masih dalam keadaan yang baik-baik saja.

Hal tersebut ditandai dengan kondisi inflasi di Indonesia yang  sudah melandai yaitu pada angka 2,8% dan dapat diartikan bahwa angka inflasi saat ini berada di bawah target inflasi yang sudah ditentukan yaitu pada angka 3%. Jadi dapat dikatakan inflasi bukan lagi menjadi permasalahan utama dalam kenaikan suku bunga yang dilakukan Bank Indonesia pada bulan Oktober.

Dampak Positif naiknya suku bunga acuan

Ralps Birger Poetiray yang menjadi Head of Global Markets at Bank Mega mengatakan atas keterkejutannya mengenai kenaikan suku bunga acuan yang dilakukan oleh Bank Indonesia. Beliau berekspektasi jika suku bunga acuan tetap dipertahankan pada 5,75%. Selain itu juga Ralps menyatakan “Dari  sudut pasar kenaikan suku bunga acuan memiliki sisi positif.” 

Beliau sangat menghargai keputusan yang diambil oleh Bank Indonesia. Kenaikan suku bunga merupakan salah satu  bentuk kebijakan yang diambil oleh Bank Indonesia. Minimal kebijakan tersebut dapat membuat rupiah dan obligasi stabil.

Dalam suatu pertemuan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo pernah mengatakan bahwa stabilisasi nilai tukar rupiah tidak akan dilakukan melalui suku bunga, tetapi sepertinya pada kondisi kali ini Gubernur Bank Indonesia sudah mengalami kekhawatiran. 

Pada akhirnya pada bulan Oktober kuputusan untuk menaikkan suku bunga diambil. Ternyata terbukti kebijakan kenaikan suku bunga memberikan dampak positif yaitu pada kolerasi nilai tukar rupiah, walaupun masih dalam kondisi lemah yang terpenting dapat memberikan kabar baik mengenai nilai tukar rupiah.

Pastinya Bank Indonesia harus lebih siap lagi kedepannya apalagi dari the fed sendiri belum kembali mengadakan rapat sejak Juli 2023. Kali ini suku bunga naik dikarenakan semakin melemahnya nilai tukar rupiah, maka hal tersebut membuat para ekonom menduga bahwa Bank Indonesia tidak akan menurunkan suku bunga jika nilai tukar rupiah masih dalam kondisi lemah. 

Pastinya dalam mengambil keputusan ada yang harus dikorbankan, sama halnya dengan keputusan mengenai kenaikan suku bunga. Memang untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, tetapi di sisi lain ada yang harus dikorbankan seperti pertumbuhan ekonomi yang mengalami penurunan. 

Dalam hal ini Tauhid Ahmad seorang  Direktur Eksekutif Institute For Development Of Economics And Finance memberikan saran kepada pemerintah untuk tetap mempertahankan sektor ekspor dalam keadaan saat ini.

Kemudian dengan tidak kepastian global ini semua pihak pastinya dalam kondisi yang lebih berhati-hati saat mengambil keputusan. Sama halnya dengan para investor, mereka akan cenderung berinvestasi kepada investasi yang sedikit memberikan risiko rendah dan kepastian yang menjanjikan kepada investor. 

Kenaikan suku bunga acuan akan membuat para investor cenderung berinvestasi kepada sektor yang  risiko rendah seperti deposito.  

Penulis: Rheisa Nailatul Izza

Ikuti berita terbaru di Google News

Redaksi suaraparepare.com menerima naskah opini dan rilis berita (citizen report).
Silahkan kirim ke email: redaksisuaraparepare@gmail.com atau Whatsapp +62856-9345-6027