Marisa Afifatul Malikah: Strategi Cegah Gangguan Mental Homesick pada Mahasiswa Kos

Ilustrasi Kesehatan Mental

MERANTAULAH, Orang berilmu dan beradab tidak diam beristirahat di kampung halaman. Tinggalkan negerimu dan hidup di negeri asing (di negeri orang). – Imam Syafii

Kehidupan yang sehat meliputi kesehatan fisik juga kesehatan mental. Kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik, keduanya perlu diperhatikan secara serius. 

Sering kita dengar Men Sana In Corpore San jika diterjemahkan adalah dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat. 

Tubuh dapat dikatakan sehat apabila mental dan fisiknya sehat. Kesehatan mental yang baik adalah ketika kondisi batin berada dalam keadaan tenteram dan tenang, sehingga memungkinkan untuk menikmati kehidupan sehari-hari.

Baca Juga: Ashlikhatul Lathifah: Pentingnya Pendidikan Karakter Dalam Membentuk Kualitas Individu

Masuk ke dunia kehidupan kos merupakan langkah penting dalam perjalanan menuju kemandirian dan dewasa. Selama tinggal di kos tentunya mahasiswa rantau harus dapat melakukan adaptasi terutama bagi mereka yang ada pada tahun pertama. 

Mahasiswa rantau harus dapat berinteraksi, toleran, bersikap ramah, memiliki sopan santun serta dapat berkomunikasi dengan baik dan juga menghargai nilai dan norma yang ada dalam sebuah masyarakat di tempat tinggal baru. 

Tujuan dari dilakukannya hal ini adalah agar tidak terjadinya kesalahpahaman dalam pergaulan diantara mahasiswa baru yang tinggal di kos dan juga dengan warga sekitar.

 Apa yang dianggap baik oleh perantau yang datang belum tentu bisa dianggap baik dan diterima oleh masyarakat sekitar tempat tinggal yang baru contohnya dalam hal berbicara dan juga berperilaku.

Baca Juga: Yusra Siara Mahasiswa Asal Sinjai Tekuni Blog Disela Kesibukan Kuliah

Menurut sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal “PLOS One”, temuannya adalah hidup seorang diri memang cukup berpengaruh pada kesehatan mental. Para peneliti dari Universitas Versailles Saint-Quentin-en-Yvelines, Prancis, menganalisis data dari 20.503 warga Inggris berusia 16-74 tahun. 

Data tersebut berasal dari tiga survei nasional The National Psychiatric Morbidity tahun 1993, 2000, dan 2007. 

Ketika para ilmuwan menggali lebih dalam hubungan antara gangguan mental umum dan hidup sendiri, mereka menemukan bahwa kesepian cukup berpengaruh. 

Sekitar 84 persen orang yang merasa kesepian akan memiliki masalah mental. Dari polling yang saya lakukan di instagram hampir 95% mahasiswa rantau mengalami homesick terlebih yang rumahnya beda pulau.

Baca Juga: 5 Penyebab Dislipidemia dan Cara Mengobatinya

Gangguan mental pada anak kos salah satunya adalah homesick. Arti kata homesick dalam kamus bahasa diartikan sebagai rindu yang berkeinginan untuk pulang kampung. Saya sendiri juga merasakannya. 

Pertama-tama saat akan ngekos rasanya sangat bersemangat karena akan hidup mandiri, bebas akan melakukan apa saja dan tidak ada yang mengganggu. 

Memang untuk minggu pertama sampai kedua rasa itu tetap ada. Namun, jika sudah beranjak di minggu ketiga rasanya ingin kembali ke kampung halaman karena sangat beda perbedaannya saat di kos dengan di rumah. 

Untuk jarak rumah saya hampir 4 jam, tetapi dengan waktu 4 jam tersebut tidak mungkin saya bisa pulang dengan seenaknya.

Baca Juga: 6 Pengobatan Eksim Kering Kondisi Peradangan Kulit

Berikut ini terdapat beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi homesick pada mahasiswa kos yang biasanya datang secara tiba-tiba :

1. Menciptakan `Rumah Kedua`

Manusia merupakan makhluk sosial. Setiap detik dalam hidup kita isinya sosialisasi baik itu bersosialisasi dengan masyarakat, keluarga maupun Tuhan. Di daerah baru, kalian sudah tidak lagi bersama orang-orang terdekat seperti orang tua dan teman-teman. 

Ketika membutuhkan bantuan atau sekadar membutuhkan tempat curhat, teman-teman baru kalian di tempat perantauanlah yang dapat kalian andalkan untuk membantu. Melalui sosialisasi kita belajar berkomunikasi, berinteraksi, dan memahami norma-norma sosial yang berlaku dalam masyarakat.

2. Membawa barang favorit

Contoh barang favorit yang bisa dibawa contohnya adalah foto bersama keluarga. Dengan melihat foto bersama kita dapat mengubah kamar di perantauan menjadi terasa rumah dan membuat nyaman.

3. Menyibukkan diri

Salah satu upaya mengatasi homesick adalah dengan menyibukkan diri. Contohnya bisa mengikuti organisasi, kepanitian ataupun volunteer. Penting bagi mahasiswa untuk menghadiri pertemuan organisasi, menghadiri semua kelas kuliah tambahan, atau sekadar bersantai dengan teman. 

Dengan mengikuti organisasi, kepanitiaan ataupun volunteer di waktu weekend kita akan jauh lebih produktif serta dengan berorganisasi kita bisa menambah softskill yang tidak kita dapatkan di bangku perkuliahan sepert skill public speaking, skill manajemen waktu dan skill kepimpinan. 

Biasanya untuk organisasi, kepanitiaan dan volunteer dilaksanakan di hari libur seperti Sabtu dan Minggu. Jadi tidak akan mengganggu jadwal perkuliahan.

Baca Juga: 10 Manfaat Garam bagi Kesehatan: Atasi Bau Mulut Hingga Jerawat

4. Menghubungi orang rumah

Komunikasi merupakan elemen penting dalam sebuah hubungan. Dengan terus menjalin komunikasi dengan orang rumah rindu ini akan sedikit terobati. Jangan pernah memutuskan untuk tidak menghubungi orang rumah karena justru itu yang akan membuat akan rumah menjadi lebih besar.

5. Fokus pada diri sendiri

Fokus di dunia perantauan dan menyadari bahwa mengalami homesick maka harus konsisten dengan pemikiran unruk diri sendiri. Jika mengalami homesick maka pemikiran kita terpusat pada hal-hal yang berhubungan dengan kita sendiri, pada kegiatan kita. Hal – hal di luar itu, jangan sampai menambah beban pemikiran.

6. Jangan melakukan perbuatan negatif

Perlu kita sadari bahwa perbuatan negatif tidak menjadi solusi untuk semua masalah yang ada. Apabila mengalami homesick harus sebisa mungkin dihindari perbuatan-perbuatan negatif. Jauhi teman-teman yang toxic karena bisa menimbulkan pengaruh buruk terhadap mental diri sendiri. 

Hindari hal-hal yang memicu ke arah perbuatan negatif. Tetap mengkondisikan pikiran kita untuk selalu positive thinking terhadap segala hal sehingga terhindar dari perbuatan negatif.

7. Membuat rencana kapan pulang?

Membuat rencana pulang merupakan hal yang sangat dinanti-natikan untuk anak rantau. Rencana tersebut harus disesuaikan dengan kalender akademik perkuliahan. Buat jadwal pulang yang tidak bertabrakan dengan jadwal kuliah. Pulang ke kampung asal merupakan solusi paling ampuh untuk mengatasi homesick.

Mahasiswa rantau yang hidup di kos sering mengalami homesick. Mereka harus menyadari keadaan itu untuk mengisi waktu selain kuliah dengan hal – hal positif seperti menciptakan rumah kedua, membawa barang favorit dari rumah, menyibukkan diri, menghubungi orang rumah dan fokus pada diri sendiri sehingga dapat menjauhkan dari mental negatif. 

Solusi terakhir yaitu pulang ke kampung halaman dengan perencanaan yang tersusun. Penerapan strategi ini, diharapkan mahasiswa kos dapat menjalani kehidupan mereka dengan lebih sejahtera secara mental dan mencegah gangguan homesick.

Penulis: Marisa Afifatul Malikah
*Mahasiswa Universitas Sebelas Maret

Ikuti berita terbaru di Google News

Redaksi suaraparepare.com menerima naskah opini dan rilis berita (citizen report).
Silahkan kirim ke email: redaksisuaraparepare@gmail.com atau Whatsapp +62856-9345-6027