Rheisa Nailatul Izza: Bank Indonesia Kembali Menahan Suku Bunga Acuan di 5,75%

Bank Indonesia Kembali Menahan Suku Bunga Acuan di 5,75% (Ilustrasi)

SUARA PAREPARE
- Bank Indonesia kembali menahan suku bunga acuan sebesar 5,75% usai melakukan Rapat Dewan Gubernur BI.

Kebijakan tersebut, diambil berdasarkan acuan dengan memprediksi sikap The Federal Reserve (The Fed).

Penahanan suku Bunga acuan dilakukan agar dapat memastikan inflasi yang saat ini tetap terkendali. Sampai pada bukan Agustus Indonesia mengalami inflasi tahunan 3,27%. 

Pada tahun 2024 sendiri BI mempunyai harapan inflasi terjadi berada dalam kisaran 2,8% atau 2,5 plus minus 1%. Diperkirakan penahanan suku bunga akan berlangsung sampai akhir tahun ini.

Dari faktor eksternal yaitu The Fed memberikan tanda-tanda akan menaikkan suku bunga di akhir tahun.

Pada bulan September ini The Fed juga masih menahan suku Bunga acuannya di level 5,25%-5,5%. Dalam keterangan yang dikutip pada 22 September 2023, Faisal mengatakan “Ada resiko yang meningkat dari sikap The Fed yang lebih hawkish, dengan presepsi bahwa mungkin ada lebih sedikit ruang untuk penrunan suku bunga tahun depan dibandingkan yang diantisipasi sebelumnya.

Namun harus diakui juga terdapat potensi ancaman terhadap tren penurunan ini termasuk faktor-faktor El Nino dan lintasan kenaikan harga minyak global saat ini, yang dapat menimbulkan risiko inflasi.”

Pendapat Raden Pardede seorang ekonom senior dan tim asistensi menko perekonomian pada 22 September 2023 mengenai penahanan suku bunga yang dilakukan BI “ Kalau ditanya sudah tepat, ini menjadi pertanyaan yang bisa disebutkan tepat dan tidak tepat.

Intinya bahwa BI pada situasi sekarang ini didekte oleh kebijakan federal reserve. Jadi memang federal reserve sekarang ini menahan edvan rate di 5,25-5,5%. 

Tetapi disisi lain ada kemungkinan yang disebutkan oleh Jerome Powell menyatakan masih ada kemungkinan menaikkan 25 basis point bahkan hingga 50 basis points, apakah bulan November atau tidak.”

Langkah yang diambil oleh Bank Indonesia menahan suku bunga untuk kondisi sekarang mungkin itu yang dapat dilakukan oleh Bank Indonesia. Tetapi jika untuk kondisi berikutnya diperlukan analisis kembali mengenai reaksi The Fed yang kemungkinan menaikkan suku Bunga pada bulan November.

The Fed merupakan bank sentral Amerika Serikat yang memiliki pengaruh besar terhadap acuan perekonomian global.

Pertumbuhan Ekonomi Global

Pertumbuhan ekonomi global 2023 diperkirakan tetap sebesar 2,7% dengan kecenderungan ekonomi Tiongkok yang melambat dan ekonomi Amerika Serikat semakin kuat.

Inflasi di negara-negara maju masih tetap tinggi dikarenkan dari tekanan inflasi jasa, keketatan pasar tenaga kerja, dan meningkatnya harga minyak.

Perkembangan tersebut mendorong tetap tingginya suku bunga kebijakan moneter di negara maju, yang mengakibatkan meningkatnya ketodakpastian pasar keuangan global.

Sehingga dapat menyebabkan tekanan aliran modal keluar dan pelemahan nilai tukar di negara berkembang semakin tinggi.

Sehingga memerlukan penguatan respons kebijakan untuk memitigasi dampak negative rambatan global tersebut, termasuk di Indonesia.

Kenaikan harga minyak akan mempengaruhi current account yang dimiliki oleh Indonesia. jika current account mengalami penurunan dan memburuk tentu ruang Bank Indonesia untuk menahan suku Bunga semakin menipis. 

Potensi kenaikan suku bunga yang diperkirakan akan terjadi pada bulan November akan berdpampak pada current account yang semakin buruk, ditambah adanya kenaikan harga pada minyak bumi.

Christopher Andre Benas mengatakan mengenai penahana suku bunga cuan terlihta dari partisipasi pasar terlihat sudah diekspektasikan. Hal tersebut dikarenakan melihat pergerakan pasar saham mengalami sedikit peningkatan. 

Dapat dilihat dari beberapa hal yang pertama, saham-saham energi yang dua minggi terakhir dapat mendorong partisipasi pasar. Kedua dari penanganan suku bunga di Amerika juga sudang di pricing oleh pelaku pasar.

Dari sisi Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan

“Keputusan mempertahankan suku bunga acuan ini sebagai konsistensi kebijakan moneter untuk memastikan inflasi tetap rendah dan terkendali dalam kisaran sasaratan 3 plus minus 1 % pada 2023 dan menurun 2,5 plus minus 1 % pada 2024.”

Kebijakan Moneter

Gubernur Bank Indonesia mengatakan jika kebijakan moneter tetap berfokus pada pengendalian stabilitas nilai tukar rupiah. 

Sedangkan pada kebijakan makro prudential longgar terus ditempuh dorong kredit perbankan ke dunia usaha melampaui kebijakan insentif makroprudential dengan fokus hirilisasi, perumahan, pariwisata, inklusi dan hijau.

Selain itu Gubernur BI meyakini dengan pentapan penahanan suku bunga acuan merupakan simbol dari sikap kebijakan moneter agar tetap dapat memastikan bahwa inflasi rendah dan dapat dikendlikan. 

Bank Indonesia memperkirakan ke depannya nilai tukar rupiah akan cenderung stabil dan terjaga, inflasi juga juga akan merendah, serta imbal hasil asset keuangan domestic yang menarik.

Percepatan Digitalisasi

Percepatan digitalisasi sitem pembayaran juga terus didorong umtuk memperluas inklusi ekonomi dan keuangan digital. Serta menguatkan stabilitas sistem dan layanan pembayaran.

Selain menahan suku bunga acuan, bank sentral juga menahan suku bunga deposit facility di level 5% dan suku bunga lending facility di level 6%.

Meskipun acuan suku bunga tetap tetapi tingkat potensi menarik investor asing dengan investasi portofolio Indonesia masih tinggi. 

Walaupun dana-dana asing pada sementara waktu. Jadi dapat diperkirakan bahwa pada bulan November nanti The Fed akan menaikkan suku Bungan acuan.

Dapat diartikan untuk bulan depan Bank Indonesia tidak dapat lagi mempertahankan suku bunga acauan pada 5,75% jika bulan November benar-benar terjadi kenaikan suku bunga acuan dari The Fed.

Koordinasi kebijakan dengan pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan mitra strategis harus diperkuat melalui efektifitas pelaksanaan Gerakan nasional pengendaluan inflasi pangan di berbagai daerah.

Penulis: Rheisa Nailatul Izza

Ikuti berita terbaru di Google News

Redaksi suaraparepare.com menerima naskah opini dan rilis berita (citizen report).
Silahkan kirim ke email: redaksisuaraparepare@gmail.com atau Whatsapp +62856-9345-6027